thoughts

Bhinneka Punya Cerita

Kemarin saya berkesempatan untuk menghadiri acara TEDx TuguPahlawan : Us yang diselenggarakan di Oost Koffie and Thee Café Surabaya. Acara ini adalah acara internal TEDx TuguPahlawan yang dibuat sebagai ajang penyambutan untuk anggota baru dan rekan-rekan terdekat anggota lama dimana speaker-speakernya adalah dari anggota lama sendiri. Yup, mulai saat ini saya resmi bergabung bersama rekan-rekan di TEDx TuguPahlawan, membantu pada divisi Executive Producer, bagian yang bertanggung jawab untuk mengonsep acara dan venue semenarik mungkin. TEDx TuguPahlawan : Us kali ini mengambil tema : Bhinneka Tinggal Nama. Sebuah tema yang menurut saya cukup berani, sensitif, dan mungkin tidak semua orang mau menerima. (maka dari itu, judul tulisan ini saya bikin yang lebih halus). Tema ini sendiri diangkat melihat kondisi masyarakat Indonesia akhir-akhir ini yang begitu panas akan perang sindiran, hujatan, dan makian antar golongan, pemeluk agama, suku, dan ras di media sosial yang diawali sejak kasus penistaan agama yang dilakukan salah seorang kepala daerah, dan semakin membesar layaknya bola salju terlebih memasuki pilkada ibukota. (more…)

Makin Ngerinya Sosial Media Kita

Sosial media kita makin hari makin mengerikan. Sejak kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta non aktif, Basuki Tjahaja Purnama di Kepulauan Seribu beberapa bulan lalu, hingga terakhir saat debat calon gubernur DKI Jakarta ke dua tanggal 27 Januari kemarin, kondisi sosial media begitu gaduh, panas, dan bikin gerah. Pembuat berita seakan-akan berlomba-lomba menyebarkan berita yang penuh kebencian, menyerang pihak-pihak tertentu, memasang headline-headline provokatif tanpa mengindahkan lagi dan menjunjung tinggi kode etik jurnalisme.  Bikin berita asal-asalan, fakta dipermainkan, data dimanipulasi, yang penting laku, yang penting banyak yang ngeklik, banyak yang terpancing untuk komentar dan bertengkar,  yang penting duit, yang penting kenyang. (more…)

Aleppo, Preferensi, dan Mata Hati.

Saya percaya setiap orang punya preferensi atau kecenderungan dalam mengambil suatu tindakan. Preferensi timbul karena kesamaan dari hal-hal yang diyakini atau disenangi dari masing-masing orang. Contoh yang paling sederhana saja, misal dalam sebuah pekan pertandingan, Liverpool dan Chelsea sama-sama menang, namun berhubung saya seorang Kopites ya saya akan lebih cenderung membagikan berita tentang kemenangan Liverpool, daripada kemenangan Chelsea.

Dalam tingkatan yang lebih tinggi, preferensi ini bisa tidak lagi bersumber dari kesenangan atau kesamaan pribadi saja, namun bisa bersumber dari keyakinan. Mana yang diyakini lebih benar. Dan ini sudah masuk ke ranah pribadi, tidak bisa dipaksakan, Mau seribu orang bilang keyakinan saya salah, tapi kalau saya menganggap bahwa itu yang paling benar ya saya akan tetap berpegang pada keyakinan saya. Sekali lagi, tidak bisa dipaksakan.

Sama halnya dengan topik dan berita yang saat ini sedang begitu hangat dan gencar diberitakan. Masalah agresi dan penyerangan yang dilakukan di penduduk kota Aleppo, Syria. Kita bisa melihat sendiri video-video yang berseliwean di dunia maya, memperlihatkan betapa ngerinya suasana kota yang luluh lantak dihujam bom dan ledakan. Kita menyaksikan orang-orang tua, wanita, dan anak kecil diberondong tembakan. (more…)